ID Card Majalah Smart |
Dari : Rizal Ependi
Rubrik : Realitas
Foto : Ada 4
=========================================
Rubrik : Realitas
Foto : Ada 4
=========================================
KET : Tulisan ini telah terbit di Majalah SMART Edisi : lll No.03 / Tahun l /05 Mei 2010 / Rubrik Realitas / Halaman 22 & 23
Menyulap Toilet Menjadi Kelas
Akibat Minim Fasiltas, guru SD Negeri di
Kabupaten Muarojambi berinisiatif mengubah toilet menjadi ruang kelas. Namun,
siswa tak betah belajar karena kondisi kelas tak layak pakai.
Menjelang
tengah hari suasana belajar murid kelas tiga Sekolah Dasar Negeri No. 81
Kabupaten Muarojambi, semakin terusik. Pasalnya, setiap hari kira – kira pukul
10.00 hingga pukul 12.30 WIB di dalam
kelas bekas toiltet sekolah berukuran 3x5 meter tersebut suhu udara terasa panas.
Siswa
merasa gerah, akibatnya konsentrasi belajar siswa terganggu. Kondisi ini
disebabkan atap kelas tersebut terlalu rendah, hanya tiga meter dari lantai. Apalagi
bagian atap tak dipasang dek, hanya dipasang triplek dan kardus bekas untuk
mengurangi hawa panas.
“Kasihan
murid kelas tiga itu, kalau sudah jam sepuluh sampai waktu pulang jam setengah
satu, konsentrasi belajar mereka terganggu. Biasanya terdengar suara gaduh,
suara siswa ribut apalagi kalau hari hujan, kelas itu banyak bocor”, ujar
Kepala SDN 81, Rusdi kepada SMART belum
lama ini.
SDN
ini berdiri 1979 berlokasi di pemukiman penduduk di Desa Kebun Sembilan,
Kecamatan Sungaigelam, Kabupaten Muarojambi. Persisnya di RT. 01, RW. 01 Jalan
Abdul Muis sekitar 500 meter dari gerbang perbatasan Kota Jambi dan Kabupaten
Muarojambi.
Akibat
minim sarana, selain toilet sekolah rumah penjaga sekolah juga dijadikan kelas.
Ada juga satu lokal yang disekat menjadi dua untuk kelas satu
dan kelas empat. “Kondisi ini sangat mengganggu kosentrasi siswa belajar,
akibatnya prestasi siswa dapat menurun”, kata Rusdi.
Jumlah
siswa saat ini hanya 86 orang dengan enam kelompok belajar masing –masing
kelompok terdapat 17 hingga 18 siswa. Jumlah guru hanya 12 orang seluruhnya pegawai
negeri sipil namun belum disertifikasi termasuk kepala sekolah.
Sebelum
pemekaran wilayah SD ini dulunya SDN 162, nama tempat SDN ini berada Desa Air
Itam, Kecamatan Mestong Kabupaten Muarojambi. Oleh pemekaran wilayah, pada 2004
SDN ini berganti nama menjadi SDN 81. Hingga kini pagar SD belum dibangun,
hanya terdapat beberapa tiang bangunan pondasi untuk pagar yang baru di cat
putih.
Tak
terdapat fasilitas mewa di SDN yang berdiri di atas tanah wakaf H. Syaifuddin seluas 2400 meter persegi ini, juga
perpustakaan dan labortatorium tak tersedia di sana. Lokal hanya tersedia enam kelas termasuk ruang
kepala sekolah dan guru yang dibatasi triplek.
Kursi
dan meja belajar siswa sebagin telah usang dan keropos, tak tersedia lapangan
olahraga seperti SD lain. Bidang studi olahraga dilaksanaan di halaman sekolah
yang lokasinya ditumbuhi rumput becek dan berlumpur.
Karena
toilet sekolah dijadikan ruang belajar, dibangun toilet sederhana berada di
bagian belakang toilet lama. Sedangkan penjaga sekolah pindah ke rumah pribadi
di luar kawasan SD, karena rumah dinas penjaga sekolah juga dijadikan ruang
belajar.
Raund
Sinaga salah seorang guru SDN 81 menyebutkan, kendati kekurangan sarana dan
prasarana tak menyurutkan semangat para guru mengajar di SDN ini. “Dulu pernah
ada yang mengambil foto sekolah ini, kata dia sekolah ini akan ditambah
kelasnya. Namun hingga saat ini belum juga terlaksana”, ujar Sinaga.
Senada
dikatakan Rusdi, kosentrasi siswa sedikit terganggu khususnya pada tiga ruang
kelas yakni kelas bekas toilet dan bekas rumah penjaga sekolah dan satu lokal yang disekat menjadi dua kelas
dengan menggunakan triplek tersebut.
Sinaga
berharap pemerintah hendaknya memperhatikan kondisi SDN itu. “Kasihan murid –
murid disini, karena belajar dalam ruangan yang suhunya panas, ada juga yang
tak bisa mendengar penjelasan guru karena suara siswa di sebelah rebut”,
ujarnya.
Predi,
11 tahun, salah seorang siswa kelas tiga SDN 81 menyebutkan, berada di dalam
kelas ketika hari panas memang tak menyenangkan. Dia merasa gerah, sehingga apa
yang dijelaskan guru di depan kelas tak dimengerti, karena kosentrasi
terganggu.
Kondisi
itu dialami Predi karena dirinya saat ini duduk di kelas tiga, sebelumnya dia
belajar di gedung sekolah yang telah direhab. Pada gedung utama itu para siswa
dapat belajar seperti biasa, walaupun fasilitas pendukung sekolah masih minim.
Dirinya
juga berharap kelasnya dapat diperbaiki sehingga nantinya murid – murid yang
lain dapat belajar dengan baik. “Nanti kalau sudah kelas empat, kami mungkin
akan bergabung dengan anak kelas dua dalam satu lokal seperti kondisi saat ini”,
ujar Predi. (Rizal Ependi)
~~~ooo~~~
Kepada Yth : Bapak Pemred Majalah SMART (Jambi)
Dari : Rizal Ependi
Rubrik : Bahana Sekolah
Foto : Ada 4
Kepada
Yth : Bapak Pemred Majalah SMART (Jambi)
Dari : Rizal Ependi
Rubrik : Fenomena
Foto : Ada 4
Kepada
Yth : Bapak Pemred Majalah SMART (Jambi)
Dari : Rizal Ependi
Rubrik : Sekolah Kejuruan
Foto : Ada 4
Kepada
Yth : Bapak Pemred Majalah SMART (Jambi)
Dari : Rizal Ependi
Rubrik : Bahana Sekolah
Foto : Ada 4
~~~ooo~~~
Kepada Yth : Bapak Pemred Majalah SMART (Jambi)
Dari : Rizal Ependi
Rubrik : Bahana Sekolah
Foto : Ada 4
======================================================
KET : Tulisan ini telah terbit di Majalah SMART Edisi lll : No.05 / Tahun l /
05 Mei 2010 / Rubrik Realitas / Halaman 18 & 19
SDN 96 Sukamaju Dambakan Listrik
SD Negeri di Kabupaten Muarojambi hingga
kini belum tersentu pasokan listrik. Padahal, kabel induk untuk memasok arus
listrik ke Desa Suka Maju terbentang nyaris di atas atap SD itu.
Hartuti,
12 tahun masih terus sekolah, walaupun harus berjalan kaki sekitar setengah jam
untuk tiba di Sekolah Dasar Negeri No. 96, berlokasi di Desa Suka Maju,
Kecamatan Mestong, Kabupaten Muarojambi.
Saat
ini warga yang berdomisili di RT.04,
RW.02, Desa Suka Maju ini telah duduk di kelas enam. Kendati masih dalam satu desa, jarak tempat
tinggal Hartuti dengan SD yang berdiri 1981 tersebut kira – kira satu
kilometer.
SD
ini berada di tepi Jalan Jambi – Tempino, kondisinya sangat sederhana. Gedung
dan sebagian atapnya sudah usang dimakan usia. Begitu juga kursi dan meja
belajar terbuat dari kayu, inipun telah banyak keropos.
SD
ini belum mendapat aliran listrik, jika menghidupkan alat pengerah suara ketika
upacara bendera setiap Senin, hanya menggunakan
accu. Entah mengapa pasokan listrik
belum ada, padahal kabel induk memasok arus listrik ke Desa Suka Maju nyaris
berada di atas atap SD ini.
Kondisi
itu mengundang pertanyaan 75 siswa dan 15 orang guru SD yang berlokasi di
kawasan kebun karet tersebut. Bahkan saat ini, seluruh elemen SD ini sangat
mendambakan pasokan arus listrik guna menunjang proses belajar mengajar.
“Kita
telah mengajukan permohonan ke Dispenda dan DPRD Muarojambi untuk diusulkan ke
PLN, namun kayaknya belum di respon. Padahal, aliran listrik telah tersedia,
tinggal disambung saja”, ujar Agus Yadi, Kepala SDN 96 kepada SMART belum lama
ini.
Manfaat
listrik untuk SD ini sangat besar, sebagai penggerak mesin pompa air yang
dialirkan ke toilet sekolah, karena pasokan air PDAM Tirta Muarojambi belum sampai
ke desa ini.
Pihak
sekolah masih menimbah air sumur untuk kebutuhan air di toilet atau sekedar
mencuci tangan siswa usai olahraga. Alat pengerah suara ketika upacara bendera
dan acara-acara kesenian serta lampu tempat tinggal penjaga sekolah, juga
membutuhkan arus listrik. Saat ini penjaga sekolah masih menggunakan lampu minyak.
Jika
telah ada pasokan listrik, pihak sekolah berencana memakai komputer untuk administrasi
dan data base siswa. “Kalau kondisi saat ini susah dibilang, mas lihat saja
sendiri, fasilitas yang kami gunakan sangat minim”, kata Agus.
SD
ini masih menggunakan buku catatan sebagai arsip data siswa. Ruang belajar
hanya tersedia enam kelas, ada juga ruang guru yang menyatu dengan ruang kepala
sekolah.
Perpustakaan
sekolah ini sangat sederhana, hanya terdapat sejumlah buku dan peralatan
olahraga, lokasinya bersebelahan dengan ruang UKS.
Dulu,
SD yang berjarak sekitar 13 kilometer dari Kota Jambi
ini pernah di survey Pemerintah Kabupaten Muarojambi, akan dijadikan SMP Negeri
satu atap. Namun entah mengapa rencana tersebut diurungkan. Akhirnya SMP Negeri
satu atap dibangun di SDN 159 yang juga
berada di Desa Suka Maju.
Kondisi
ini membuat pihak sekolah kecewa, padahal, SDN 96 lebih dekat dengan Kota Jambi
dibanding SDN 159 yang berlokasi di sebelah timur Desa Suka Maju. “Hingga saat
ini kami tak tahu penyebab diurungkannya rencana itu, tapi biarlah, kami hanya
berharap pemerintah dapat memberikan kami listrik”, tambah Agus.
Kendati
demikian, tak menyurutkan para guru memotivasi siswa belajar. Dengan metode KTSP
para siswa dapat lulus ujian nasional (UN) 100 persen. Cara lain dilakukan
dengan mengulang soal UN terdahulu atau trayout.
Dengan
trayout, standar kelulusan siswa SD 96 paling tinggi dibanding beberapa SD se Kecamatan Mestong.
Saat itu pihak sekolah menetapkan nilai standar kelulusan anak sebesar 4.5.
Sementara
bidang olahraga, untuk tingkat gugus
Pondok Meja, siswa putri SD ini pernah meraih juara pertama cabang olahraga volly
baal.
Dami
Saragih guru kelas empat SDN 96 mengatakan langkah ke depan pihak sekolah
meningkatkan disiplin siswa. Hanya ini yang dapat membantu siswa berhasil
dengan baik. Dami mengaku telah memahami betul pola mengajar siswa tinggal di
desa, karena pengalamannya mengajar di sana telah 27 tahun.
Anak
desa mayoritas tak mengenyam pendidikan taman kanak kanak, jika disiplin tak
ditegakan, mustahil siswa dapat lulus dengan baik. “Selama saya di sini,
seingat saya sekolah ini hanya pernah direhab bagian atapnya, pada tahun 2009”,
ujar Dami.
Ada juga penambahan ruang kelas baru, namun dirinya tak
ingat kapan persisnya, karena telah lama sekali. Siswa lain yang mendambakan di
SD 96 punya listrik, Triwahyuni, 11 tahun. Saat ini dirinya masih duduk di
kelas enam dan punya cita-cita menjadi
polisi wanita. (Rizal Ependi)
~~~ooo~~~
Dari : Rizal Ependi
Rubrik : Fenomena
Foto : Ada 4
======================================================
KET : Tulisan ini telah terbit di Majalah SMART Edisi lll : No.05 / Tahun l /
05 Mei 2010 / Rubrik Realitas / Halaman 26
Minim Jam Mengajar Pangkat Terbengkalai
Puluhan guru terancam tak naik pangkat
lantaran kurang efektif mengajar. Bukan karena malas, tapi di sekolah tempatnya
mengajar kelebihan guru akibat minim siswa.
Gedung
SMP Negeri 19 berdiri mega menantang langit, walaupun berada di pelosok desa,
peminat guru mengajar di SMP berlokasi di Desa Ladang Panjang, Kecamatan
Sungaigelam, Kabupaten Muarojambi itu, cukup banyak.
Saat
ini terdapat 16 guru termasuk wakil dan kepala sekolah, dari jumlah tersebut
terdapat lima orang guru honorer dengan upah Rp350 ribu perbulan, dibayar menggunakan dana BOS dan tiga orang guru
yang telah disertifikasi.
Sedangkan
murid SMP berdiri tahun 2000 tersebut hanya 131 siswa, terdiri dari tiga
kelompok belajar kelas satu hingga tiga. Rata-rata dalam satu kelas 17 sampai
18 siswa.
“Idealnya
untuk satu kelas 40 siswa, karena minimnya siswa di sini, makanya kami bagi –
bagi. Ini bertujuan agar guru kebagian memberikan jam mengajarnya ”, ujar Yunius Kepala SMP 19 kepada SMART belum
lama ini.
Kelebihan
guru ini menimbulkan persoalan serius. Mereka tak dapat naik pangkat dua tahun
sekali, karena jam efektif mengajar kurang, hanya 12 jam perminggu. Sedangkan
persayaratan naik pangkat jam efektif mengajar harus 18 jam perminggu bagi guru
non sertifikasi dan 24 jam per minggu untuk guru telah sertifikasi.
Solusi
diambil kepala sekolah dalam mengatasi persoalan itu dengan menyarankan lima orang guru pindah mengajar ke sekolah lain. Dengan
jumlah murid yang ada saat ini, cukup membutuhkan 11 guru saja. Para
guru di SMP ini rata –rata golongan tiga, baik tiga A, B, C dan golongan tiga
D.
Namun
demikian, hingga saat ini belum ada respon dari para guru untuk mengajukan
pindah sekolah, padahal kondisi itu telah diberitahu. “Kalau mereka tetap
bertahan, jelas tak akan naik pangkat sesuai waktunya. Saya tak mau
dipersalahkan dalam hal ini, karena telah diberitahu”, kata Yulius.
Jadi
kalau para guru masih bertahan dengan kondisi seperti ini, dapat membutuhkan
waktu tiga tahun lebih untuk naik pangkat. Sedangkan untuk menambah jam efektif
mengajar di sekolah lain, jaraknya sangat jauh dan tak memungkinkan.
Penyebab
kelebihan guru ini karena kurangnya minat masyarakat Desa Ladang Panjang menyekolahkan
anaknya di SMP 19. Masyarakat lebih memilih SMP Negeri 9 lantaran lebih dekat
dengan Kota Jambi, walaupun sama - sama berlokasi di Kecamatan Sungaigelam.
Alasan
lain, fasilitas belajar mengajar di SMP 9 seperti komputer, perpustakaan,
laboratorium tersedia di sana, bahkan
lebih lengkap dibanding fasilitas di SMP 19. Sedangkan di SMP 19 fasilitas
komputer baru tersedia tahun 2010 ini.
Kelebihan
guru ini juga disebabkan adanya guru bidang studi yang dobel, seperti bidang
studi agama sebanyak enam orang seharusnya cukup dua orang saja, IPS tiga orang
dan Bahasa Indonesia totalnya empat orang, seharusnya cukup dua orang.
Kurangnya
minat siswa masuk SMP 19 terjadi sejak awal penerimaan murid baru tahun 2000.
Ketika itu SMP yang berdiri di atas tanah wakaf dari Hasan Basri seluas 1.8
hektar ini, hanya terdapat 19 orang. Siswa ini diambil dari murid SMP 9 dan
dijadikan satu kelas di SMP 19.
Kemudian
pada tahun selanjutnya, peminat siswa mulai terlihat, namun tak begitu banyak.
Hingga akhirnya, kendati telah menelorkan lima kali lulusan, peminat warga untuk menyekolahkan
anaknya di SMP telah akreditasi A ini tak kunjung meningkat.
Kalau
dari bangunan, SMP ini tak kalah mewah dengan SMP lain di kecamatan
Sungaigelam. Seluruh bangunan permanent, halaman sekolah cukup luas sekitar 40
meter persegi dan terdapat lapangan olahraga, volley ball.
Hasan, guru bidang studi pendidikan kewarga negaraan
SMP 19 membenarkan kenaikan pangkat guru
di SMP tersebut terkendala karena kurangnya jam efektif mengajar. Setahu Hasan,
karena permasalahan itu guru bidang
studi kesenian dan keterampilan, Elvi Radestina juga tak dapat naik pangkat.
Pihak
sekolah telah mengajukan permasalahan tersebut kepada Dinas Pendidikan
Kabupaten Muarojambi. Namun, sampai saat ini belum ada tindakan dari diknas.”
Ini sudah resiko, kami masih menunggu keputusan dinas pendidikan,” kata Hasan.
Hasan
berharap kepada pemerintah, pada saat penempatan guru harus sesuai dengan
kebutuhan di tiap sekolah. Ini bertujuan menghindari terjadinya tumpang tindih
tugas guru di sekolah.
Kepala
Dinas Pendidikan Kabupaten Muarojambi, Imbang Jaya mengatakan pihaknya telah
mengetahui kondisi itu. Pihaknya telah berupaya menyarankan agar para guru
jangan terpaku pada disiplin ilmu yang dimilikinya. Para
guru bisa saja mengajar bidang studi lain untuk memenuhi waktu efektif
mengajar.
Persyaratan
naik pangkat ini tidak mesti dua tahun sekali, karena harus disesuaikan dengan
prestasi luar biasa guru. Persayaratan untuk naik pangkat itu antara lain para
guru harus efektik mengajar 24 jam per minggu. Kemudian harus disesuaikan juga
dengan dokumen penilaian pekerjaan pegawai (DP3).
Kondisi
itu terjadi kata Imbang, karena perekrutan pegawai untuk guru dulunya
menggunakan data base. “Jadi saat ini kita serahkan kepada para guru untuk
memenuhi persyaratan naik pangkat dengan mengajar mata pelajaran lain kendati
tak sesuai dengan disiplin ilmu yang dimiliki”, ujarnya. (Rizal Ependi)
~~~ooo~~~
Dari : Rizal Ependi
Rubrik : Sekolah Kejuruan
Foto : Ada 4
======================================================
KET : Tulisan ini telah terbit di Majalah SMART Edisi lll : No.05 / Tahun l /
05 Mei 2010 / Rubrik Realitas / Halaman 20
Membekali Keahlian Otomotif
Sebuah mobil kijang putih terparkir di
bengkel milik Sekolah Menengah Kejuruan Sembilan Lurah (SMK Sembilu) 2,
berlokasi di Jalan Kolonel Amir Hamzah, Kelurahan Selamat, Kecamatan Telanaipura, Kota Jambi.
Kendaraan
ini sengaja ditempatkan di sana,
untuk bahan praktik siswa jurusan studi tehnik mekanik otomotif (TMO).
Jurusan
TMO lebih banyak diminati ketimbang jurusan Pemanfaatan Tenaga Listrik (PTL),
Setidaknya 444 dari 490 siswa di sekolah tersebut memilih jurusan ini. Alasannya
cukup sederhana, setelah lulus lebih gampang mendapatkan pekerjaan.
“Siswa
tak dapat banyak memilih, hanya dua jurusan studi itulah tersedia di sini”,
ujar Kepala SMK Sembilu 2, Abdul Hamin kepada SMART belum lama ini.
Pihak
sekolah sengaja memperbanyak jam pelajaran praktik ketimbang teori.
Perbandingannya 60:40, tujuannya agar siswa mahir memperbaiki mobil atau sepeda
motor rusak. Penguasaan sistem mekanik
kendaraan bermotor juga diutamakan.
Saat
praktik para siswa membongkar pasang onerdil kendaraan serta memperbaiki
kerusakan pada kendaraan tersebut. Siswa juga diberitahu oleh guru pembimbing
fungsi dari masing-masing onerdil yang terdapat pada kendaraan tersebut.
Diantaranya,
siswa praktik bongkar mesin, belajar transmisi, sistem kopling, diprensial,
sistem lampu, garden dan enginering. Kemudian belajar tentang sistem penggerak
roda, stering (sistem setir kendaraan-red) kalburator dan sistem rem. Pelajaran
praktik ini diberinama operasi kendaraan bermotor.
Dalam
belajar pun para siswa dibagi 14 kelompok belajar dari kelas satu hingga kelas
tiga. Ketika praktik di bengkel 16 orang siswa akan didampingi tiga orang guru
bidang studi bersangkutan, satu minggu siswa menemui jam praktik sebanyak dua
kali dan sekali praktik membutuhkan waktu tiga jam pelajaran.
Para
lulusan SMK Sembilu 2 jurusan studi TMO rata-rata telah bekerja, ada yang
bekerja di bengkel-bengkel kendaraan bermotor dan ada juga yang membuka usaha
sendiri. Namun demikian, bukan berarti jurusan PLT tak ada yang bekerja, namun
potensinya lebih kecil dibanding PMO.
SMK
yang berlokasi sekitar 100 meter dari Kompi C TNI AD Sungaikambang ini memang hanya memiliki dua jurusan studi yakni
PMO dan PLT. Tanaga guru 33 orang 10 diantaranya telah disertifikasi dan pegawai negeri sipil (PNS) termasuk
kepala sekolah. Sedangkan guru honorer hanya empat orang dengan gaji Rp 400
ribu perbulan.
Adapun
kendala yang dihadapi SMK berada di pemukiman ramai penduduk ini ialah, masih
sering kekurangan tenaga guru untuk bidang studi kejuruan. Saat ini jumlah guru
bidang studi kejuruan hanya delapan orang, sedangkan idialnya harus 10 orang.
Kekurangan
guru ini disebabkan karena setelah lulus menjadi PNS, para guru banyak yang
pindah mengisi formasi PNS yang dibutuhkan pemerintah. “Contohnya, tak usah
saya sebutkan, yang jelas cabut dari SMK ini”, katanya.
Kendala
lain pihak sekolah masih kekurangan sarana dan prasarana pendukung pendidikan
khususnya pralatan praktik siswa kejuruan, sepertri ruangan untuk bengkel.
Solusi
telah dicarikan oleh pihak sekolah dengan membeli sendiri peralatan praktik
menggunakan dana yang dipungut dari bayaran bulanan siswa. Dalam satu bulan
siswa dikenakan bayaran uang sekolah Rp120 ribu persiswa, sedangkan biaya masuk
siswa baru Rp100 ribu persiswa.
Wakil
Kepala Sekolah Bagian Kurikulum SMK Sembilu 2, Suparyani mengatakan SMK ini
telah menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan sejak 2007. Khusus untuk jurusan TMO, pihak sekolah bekerja sama
dengan dunia usaha industri di
Jambi, Yamaha Motor.
SMK
yang telah terakreditasi B ini, pernah mengirimkan beberapa orang siswa untuk
praktik kerja lapangan ke Jakarta
pada 2003. Hal ini dilakukan untuk memperdalam serapan ilmu pengetahuan dan
meningkatkan mutu lulusan di SMK tersebut. Bahkan, para guru juga pernah melakukan
studi banding ke Dumai, Kepulauan Riua dan ke Padang, Sumatra Barat tahun 2007.
Studi
banding ini untuk melihat kondisi siswa di sekolah lain yang memilih jurusan
studi sana dengan siswa di SMK Sembilu 2. “Kalau masalah minat
masyarakat menyekolahkan anaknya di sini, cukup banyak, tapi saya tak bisa
memprediksinya, namun peningkatan itu
ada, karena jumlah siswa bertambah”, kata Suparyani.
Kendati
demikian, salah seorang siswa kelas tiga SMK Sembilu 2 yang tak bersedia
disebutkan identitasnya mengatakan, jika dibanding dengan SMK Negeri di Kota
Jambi, peminat siswa masuk ke sekolah ini relative sedikit. Penyebabnya sekolah
ini dinilai tak selengkap SMK lain yang ada di Jambi.
Terutama
bagi jurusan studi TMO, peralatan praktik yang digunakan masih kurang lengkap.
“Kalau kata teman saya di STM Negeri,
peralatan praktiknya lebih lengkap dan para gurunya malah ada yang
belajar sampai ke luar negeri,” ujar siswa ini. Menurut dia, tidak masuk ke SMK
Negeri, karena persyaratan untuk masuk ke SMK Negeri tak mencukupi.
Kalau
soal biaya, kata siswa ini menambahkan, di SMK Sembilu dua relatif murah, namun
demikian dirinya tak bersedia menyebutkan apa saja yang dibutuhkan dan besar
biaya praktik yang diperlukan. Siswa ini malah meminta kepada SMART untuk tak
menulis dan memfoto dirinya. “Jangan bang, nanti ada apa-apanya dengan
kelanjutan sekolah saya”, ujarnya. (rizal ependi)
~~~ooo~~~
Dari : Rizal Ependi
Rubrik : Bahana Sekolah
Foto : Ada 4
======================================================
KET : Tulisan ini telah terbit di Majalah SMART Edisi lll : No.05 / Tahun l /
05 Mei 2010 / Rubrik Realitas / Halaman 16 & 17
Bidik Lapisan Menengah ke Atas
Sebuah lembaga pendidikan swasta
mengutamakan kualitas lulusan kini hadir di Jambi. Rintisan Sekolah Berstandar
Internasional (RSBI) yang diberinama Excellent Mandiri School tersebut
berlokasi di Jalan Raden Syahbuddin, Kelurahan Mayang Mengurai, Kecamatan Kota
Baru, Kota Jambi.
Berdiri
2008, sekolah dibawah naungan Yayasan Bahrul Ilmi, baru memiliki 204 siswa dari
jenjang play group hingga SMP. Jumlah
guru 22 orang termasuk kepala sekolah seluruhnya berasal dari Jambi.
“Kita
akan membuat anak didik di sekolah ini berkualitas setara sekolah bertaraf
Internasional”, ujar Kepala Sekolah Excellent Mandiri School, Ilyas kepada SMART pekan lalu.
Dari
204 siswa dapat dirinci, siswa play group 12 orang, Taman Kanak – Kanak (TK) 90
orang, SD 80 orang dan SMP 22 orang. Gedung
sekolah ini memiliki dua lantai yang terdiri dari 22 lokal. Lokal yang telah
dipakai hanya 11 selebihnya untuk persediaan siswa SMA dan perguruan tinggi yang akan dibuka tahun
2012.
Guna
meningkatkan kualitas murid, pihak sekolah akan belerja sama dengan sekolah
negeri dan swasta bermutu di seluruh Indonesia, tentu saja yang telah diakreditasi A. “Yang jelas
kita akan mendirikan sekolah yang bermutu menghadapi era globalisasi dan
modernisasi seperti sekarang ini”, kata Ilyas.
Sekolah
ini memiliki fasilitas lengkap, perpustakaan, laboratorium bahasa dan
komputer tersedia di sana. Bahkan untuk mengawasi proses belajar mengajar
siswa, pihak sekolah akan menggunakan CCTV. Sarana pendukung lainnya seperti
lapangan olah raga dan peralatan olahraga juga tersedia di sana.
Berdirinya
sekolah diatas sebidang tanah 25 ribu meter bujur sangkar ini dilatarbelakangi
oleh keinginan masyarakat Jambi agar anaknya dapat dididik menjadi manusia yang
memiliki SDM yang handal dan bermanfaat bagi dirinya sendiri serta orang lain.
Respon
masyarakat dengan berdirinya sekolah ini sangat antusias, kendati baru berdiri,
namun masyarakat telah banyak yang melirik untuk memasukan anaknya ke lembaga
pendidikan tersebut.
Guna
lebih meningkatkan mutu lulusan, ke depan pihak sekolah akan mengembangkan
managemen mutu dan menjalin hubungan sister school dengan negara Malaysia, Singapura dan Australia. Karena ketiga
Negara itu mutu pendidikannya tergolong bagus.
Dari
RSBI untuk menuju sekolah berstandar
internasional (SBI), kata Ilyas dirinya hanya membutuhkan waktu sekitar empat
tahun. Karena dalam kurun waku empat tahun, pihaknya dapat mempersiapkan mulai
dari manajemen, SDM guru, fasilitas dan kualitas sarana dan prasarana.
“Saat
ini yang saya fikirkan tinggal membangun perpustakaan digital yang dapat
mengakses buku yang ada di sekolah lain”, katanya. Dalam mengembangkan sekolah
tersebut, pihak sekolah telah menyiapkan dana talangan sebesar Rp 2 miliar.
Sedangkan
dana yang telah dihabiskan saat ini sekitar Rp 5 miliar. Namun saat ini pihak
sekolah sedang mensubsidi gaji guru, karena sekolah tersebut saat ini belum
dapat menutupi untuk membayar gaji guru.
Biaya
masuk tingkat play group Rp500 ribu dan dikenakan biaya bulanan sebesar Rp70
ribu. TK Rp600 ribu, biaya bulanan 75 ribu, SD Rp200 ribu biaya bulanan 105 ribu
serta SMP Rp800 ribu dan biaya bulanan Rp125 ribu. Rata-rata siswa yang sekolah
di lembaga pendidikan ini dari golongan masyarakat menengah ke atas. (Rizal Ependi)
~~~ooo~~~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar