ID Card Majalah GARDA |
Dari : Rizal Ependi (Koresponden Jambi)
Rubrik : Kriminal
Foto : Ada 2
KET : Tulisan ini telah terbit di Majalah Garda Edisi : No.189 / Tahun lV /06 November 2002 / Rubrik Kriminal / Halaman 94 & 95
Preman Bunuh Tentara
~~~ooo~~~
LAPORAN MAJALAH GARDA 06 November 2002
Kepada Yth : Bapak Korlip Majalah Garda (Jakarta)
Sambungan..................
~~~ooo~~~
LAPORAN MAJALAH GARDA 06 November 2002
Kepada Yth : Bapak Korlip Majalah Garda (Jakarta)
==========================================
KET : Tulisan ini telah terbit di Majalah Garda Edisi : No.189 / Tahun lV /06 November 2002 / Rubrik Kriminal / Halaman 94 & 95
Preman Bunuh Tentara
Gara-gara menegur preman mabuk, seorang
anggota TNI tewas dikeroyok dan ditikam. Pelaku akhirnya tertangkap.
Detik-detik
berlangsungnya upaca militer melepas jenazah Sersan Satu (Sertu) Sidarla
Simangunsong (26), penuh dengan deraian air mata. Para
anggota TNI yang hadir pada acara itu mengangkat tangan sebagai penghormatan
terakhir kepada teman satu korps yang tewas.
Peti
jenazah yang ditutup bendera merah putih dibopong oleh enam prajurit dari ruang
duka menuju ambulans yang diparkir di depan gerbang. Sederetan karangan bunga
tanda ucapan belasungkawa terlihat di depan gerbang. Ratusan warga dan puluhan
tentara larut dalam kesedihan.
Mayat
korban diberangkatkan Kamis (24/10/2002), pukul 13.30 WIB, dari Lapangan Markas Ajudan Jendral (Ajend) Jambi.
Menuju Medan dengan mobil ambulans Rumah Sakir (RS) Dinas Kesejahteraan Tentara
(DKT).
“Orang
tuanya bukan orang berada , saat ini tiga adiknya yang sedang disekolahkan
almarhum ,” tutur Sumihur Purba, kerabat dekat almarhum.
Tubuh
anggota TNI dari satuan perbekalan anggotan (Bekang) Korem 042 Garuda Putih
(Gapu) itu ditemukan warga tergeletak sekarat di ruas jalan, Rabu malam (23/10/2002), sekitar pukul 18.30 WIB. Dia korban pengeroyokan
preman yang sering mangkal di Tempat Kejadian Perkara (TKP).
Dalam
pertarungan tak seimbang, korban kewalahan. Lalu terjatuh tak sadarkan diri.
Setelah itu korban ditikam tiga lobang, luka tusuk di dada kiri, perut bagian
bawah dan lengan kiri yang nyaris tembus. Darah membasahi sebagian pakaian dan
tubuh korban.
Setelah
tiga pelaku melarikan diri, warga langsung melarikan korban ke RS DKT. Tapi
sayang, nyawa korban tak terselamatkan. Sebelum tiba di RS, korban
menghembuskan napas terakhir, karena kehabisan darah yang mengalir dari tiga
luka tusuk di dada kiri, yang diduga menembus paru-paru.
Peristiwa
naas yang menghebohkan itu terjadi di dekat pangkalan ojek Mayang Ujung (Pomu),
tepatnya di RT.29. RW.09, Kelurahan Simpang Tiga Sipin, Kecamatan Kotabaru,
Jambi, tak jauh dari rumah korban.
Menurut
saksi mata, Edi (30), selepas magrib, putra kedua dari sembilan bersaudara ini
keluar dari sebuah kedai tuak. Saat
hendak pulang ke rumahnya, lajang berdarah Medan ini, melihat tiga preman yang sudah dikenalnya sedang
minum ceper, sejenis minuman keras
beralkohol tinggi, sambil nongkrong di tepi jalan.
Anak
pasangan Simangunsong dan Boru Tampubolon itu menegur mereka. Teguran itu
disambut dengan amarah, hingga terjadi cekcok mulut. Korban enggan menanggapi
cekcok itu, karena tahu, ketiga preman itu sudah dipengaruhi alkohol.
Tapi,
ketiga preman itu makin menjadi-jadi. Bahkan seorang diantarannya menantang
korban. Sudarla jadi naik pitam hingga terjadilah perkelahian dikeremangan
senja.
Berkali-kali
korban dipukul dengan batang tebu, hingga terjatuh. Setelah itu seperti setan
kelaparan, seorang dari preman itu menerkam korban. Mungkin saat itulah pelaku
berulangkali menghujamkan senjata tajam ke tubuh korban.
Dengan
menggunakan angkutan kota (Angkot), warga membawa korban ke rumah sakit.
Informasi
lain mengatakan, pelaku memang sengaja menghabisi korban lantaran dibayar
orang. Hal itu kemudian terbukti, setelah otak peristiwa itu tertangkap, dua
hari kemudian.
Warga
yang tinggal di sekitar TKP sempat merasa takut, sebab banyak tentara yang datang
memburu pelaku. Mereka menanyakan siapa pelakunya. Tukang ojek yang sering
mangkal di lokasi itu, tak seorangpun yang kelihatan. Warung dan kedai-kedai
kecil ditutup dan situasi sempat tegang.
Warga
khawatir, rekan-rekan almarhum mengamuk dengan mengobrak-abrik sekitar TKP.
Tetapi kekhawatiran itu ternyata tidak beralasan.
Kapten
Burhanuddin dari Kodim 0415 Batanghari mengatakan, keberadaan dari sebagian
anggotanya di TKP adalah untuk menjaga dari kejadian-kejadian yang tak
diinginkan. Oleh Sertu Silvana ditimpali, untuk menangkap pelaku, kesatuannya
telah mempercayakan tugas itu kepada polisi.
Menurut
warga sekitar, korban sudah hampir tiga tahun tinggal di dekat TKP dan tak
pernah terlibat pertengkaran dengan siapa pun.
“Dia orangnya baik dan ramah,” tutur Astuti, seorang warga. Dan
menambahkan, korban menempati rumah kontrakan.
Hal
senada juga dikatakan Purba (23). Kata dia korban tak pernah membuat onar
dengan warga. Korban seorang yang ramah dan mudah bergaul. Purba tahu persis
keadaan orang tua korban yang tinggal di Lorong Jermal, Kecamatan Teladan
Timur, Kota Medan.
Komandam
Kodim 0415 Batanghari, Letkol Inf Sarum, sangat menyayangkan tindakan brutal yang
dilakukan para preman tersebut.Termasuk tindakan onar yang sering mereka
lakukan di sana.
Kasus
ini diusut terus oleh polisi, dibantu oleh petugas polisi militer. Sarum
berharap, kasus dapat segera dituntaskan. Sementara Kapolresta Jambi, AKBP Drs Allorante mengatakan kepada Rizal Ependi Wartawan Garda. Pihaknya
berupaya keras melacak pelaku penusukan itu. Polres telah menerjunkan sejumlah
personil untuk menangkap pelaku itu.
Tertangkap
Upaya
keras polisi cukup memuaskan.Otak peristiwa itu, Aristianto (18) warga Komplek
Perumahan Garuda III, Mayang mengurai diciduk, Jumat (25/10/2002) malam pukul 21.00 WIB. Dia ditangkap saat berada di
Lorong Lebak Bandung, bersembunyi di rumah keluarganya. Dia mengaku
membayar tiga preman untuk menghabisi korban.
Kapolresta
Jambi Allorante yang didampingi Kadit Serse, P. Teguh Nugroho membenarkan,
Aristianto merupakan otak dari peristiwa itu, sedangkan tiga pelaku utama masih
buron. Allorante menjelaskan, motifnya adalah rasa sakit hati dalam masalah
kendaraan bermotor. Aristianto menganggap korban terlalu usil terhadap
urusannya.
Pada
Sabtu malam (19/10/2002) korban bertemu Aristianto di Cafe Ariska Muba di Jalan Lingkar Barat,
Kawasan Terminal Baru, Jambi. Korban menegurnya dengan mengatakan motor Garuda
yang dikendarai, nomor polisinya tak sesuai dengan serinya.
Kapolreta
mengatakan, kasus itu murni kriminal. Ketiga tersangka utama adalah preman
kelas kakap, yang selama ini sering meresahkan masyarakat. Sementara
Aristianto, dicurigai sebagai pelaku pencurian kendaraan bermotor (Curanmor).
re
~~~ooo~~~
LAPORAN MAJALAH GARDA 06 November 2002
Kepada Yth : Bapak Korlip Majalah Garda (Jakarta)
Dari : Rizal Ependi (Koresponden Jambi)
Rubrik : Kriminal
Foto : Ada 2
KET : Tulisan ini telah terbit di Majalah Garda Edisi : No.189 / Tahun lV /
06 November 2002 / Rubrik Kriminal / Halaman 94 & 95
==========================================
KET : Tulisan ini telah terbit di Majalah Garda Edisi : No.189 / Tahun lV /
06 November 2002 / Rubrik Kriminal / Halaman 94 & 95
Sambungan..................
~~~ooo~~~
Kepada Yth : Bapak Korlip Majalah Garda (Jakarta)
Dari : Rizal Ependi (Koresponden Jambi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar